Kamis, 09 April 2020

Di balik Covic 19

Ketika Covic 19

Dunia sekejap berubah gempita. Covic 19 datang tak disangka. Wuhan, salah satu kota di belahan Cina merupakan awal kejadiannya. Satu persatu jiwa berjatuhan hingga membuat kota itu lumpuh.

Tak hanya Wuhan, kota-kota lain di hampir seluruh dunia tak luput dari covic 19. Sama dengan di Wuhan, ribuan jiwa pun berjatuhan hingga WHO menyatakannya sebagai pandemi.

Ketakutan, kekhawatiran, hingga depresi menjangkiti jiwa-jiwa di seluruh muka bumi ini, tak terkecuali di Indonesia. Betapa tidak, setiap hari selalu ada pemberitaan menyedihkan dan menakutkan. Ya, setiap hari selalu ada berita orang meninggal karena covic 19.

Tak hanya itu, berbagai istilah asing pun menjadi akrab di telinga para warga, bahkan membumi di sanubari seluruh negeri. Ada ODP, ODR, Positif covic, lockdown, psysical distancing, dan social distancing.

Siswa harus  belajar dari  rumah, para guru harus mengajar dari rumah, pegawai kantor pun harus bekerja dari rumah, hingga muncul istilah "work from home". Bahkan beribadah pun sementara harus dari rumah.

 Adakah hikmah di balik semuanya ini?
Ya, keluarga yang semula tidak punya waktu untuk berkumpul karena berbagai beban aktivitas,  kini mereka mampu berkumpul dan bercengkerama dalam 24 jam setiap hari. Dari sini masing-masing dari anggota keluarga bisa merasakan nikmatnya kasih dan sayang dari ayah, ibu, dan buah hati. Sang ibu setiap hari asyik mencari menu spesial untuk dihidangkan, sang ayah rajin merawat kebun dan halaman, dan sang anak mengalihkan manfaat gadget, dari hanya untuk ngegame berubah untuk proses pembelajaran.

Mari isi sendi-sendi jiwa kita menjadi jiwa yang senantiasa berpikir positif, hingga rasa cemas dan ketakutan di tengah pandemi covic 19 ini bisa kita redam. Niscaya imun kita akan meningkat dan pandemi covic 19 ini segera berakhir. Live is beautiful.

                                      Jember, 9 April 2020



2 komentar: